Doomsday: help us!
Azis
mengambil tasnya dan mengisinya dengan makanan dan air serta
peralatan-peralatan yang dibutuhkannya seperti tali, pemantik, panci dan
lainnya. Setelah dirasa cukup ia keluar dari toko dan mengambil golok yang
tergeletak diantara mayat-mayat zombie yang berserakan. Ia melihat kiri kanan
sambil berharap ada manusia yang masih selamat.
Saat
matanya tak sengaja melihat jalanan, dilihatnya jejak ban mobil yang lumayan
besar. Ia tersenyum lalu berjalan sambil mengikuti jejak ban itu. tunggu dulu,
terlalu bahaya kalau jalan kaki pikir azis saat sampai dipersimpangan jalan. Ia
melihat kesekellingnya, tapi tampaknya tak ada yang bisa dipakai, untung saja
ia melihat sebuah sepeda. Cepat-cepat ia naik sepeda itu dan melanjutkan
perjalanannya.
Beberapa
zombie tampak didepan tikungan jalan, tapi mereka tak melihat kedatangan azis.
Jadi ia mengayuh sepedanya lebih cepat dan saat ditikungan ia langsung memutar
stang speda ke kanan. Suara ban sepeda berdecit karena terlalu laju. Tapi saat
azis melihat apa yang ada didepannya, ia cepat-cepat memutar.
Segerombolan
zombie ternyata berkumpul di balik tikungan tadi dan sekarang mereka mengejar
azis. Ia melihat ke belakang sambil mengayuh sepedenya dengan cepat. Dan entah
mengapa jalanan yang baru saja dilewatinya tadi juga bermunculan zombie-zombie
lainnya. Gawat ini, aku bisa mati batin azis mengelak tangan-tangan zombie yang
mencoba menangkapnya.
azis
membelok ke jalanan besar menuju dermaga, mungkin disana ada tempat pengungsian
pikirnya. Sambil terus dikejar segerombolan zombie tadi ia terus mengayuh
sepedanya. Saat sampai didermaga yang didapatnya hanya pemandangan mengerikan,
disana memang ada tempat pengungsian, tapi tempat pengungsian tesebut sudah
diserang zombie, para zombie-zombie yang menyerang memakan manusia lainnya
secara brutal, mereka merobek perut dan leher korbannya. Ada juga yang
menggerogoti wajah korbannya. Azis tak tahu harus bagaimana, tapi begitu
dilihatnya ada satu helikopter yang pilotnya melambai-lambaikan tangan
padannya.
Dengan
segera ia masuk ke area dermaga yang keadannya kacau balau, dermaganya hampir
mirip tempat pembantaian, darah dan isi-isi perut manusia berceceran
dimana-mana dan entah bagaimana ada beberapa manusia yang otaknya berceceran
kemana-mana. Tapi azis tak peduli dengan itu, ia terus melaju menuju helikopter
itu sambil sesekali menebas kepala-kepala zombie yang hendak menangkapnya.
Tapi
saat ia hampir saja sampai seorang manusia yang sudah sekarat dengan leher dan
punggung koyak sempat menarik kaki azis, ia langsung terjatuh dari sepedanya dan
berguling-guling di atas ceceran darah dan isi perut manusia. Ia bangkit lalu terus
berjalan walau terseok-seok. Ia tebas leher –leher zombie yang mendekatinya.
Ia menoleh sekilas kebelakang, segerombolan zombie yang mengejarnya tadi
sekarang bergabung dengan zombie-zombie yang ada didermaga dan sekarang mereka
semua mengejar azis.
Tinggal
sedikit lagi batin azis melihat helikopter yang hanya tinggal beberapa meter
saja dari tempat ia berdiri. Ia sudah tak sanggup berjalan karena kakinya
terkilir saat ia jatuh dari sepeda tadi, lagi pula tenaganya juga habis untuk
melawan dan mengayuh sepeda.
Ia
tebas lagi zombie-zombie yang mendekatinya, mereka tak ada habisnya seperti
luapan air banjir. Ia toleh lagi kebelakang, gerombolan zombie yang makin ramai
itu semakin mendekat, ia mempercepat jalannya.
Dengan
segenap tenaga yang tersisa akhirnya ia sampai juga, ia langsung duduk di kursi
penumpang dan segera menutup pintunya. Ia menghela napas lega. Dilihatnya
pilotnya bukan seorang tentara, tapi orang biasa dengan pakaian rapi. Mungkin
ia pekerja kantoran pikir azis lalu tidur tanpa bicara dengan orang tersebut.
Saat
bangun azis sudah berada di atas gedung tinggi, ia kenal gedung ini, ini gedung
yang ada didekat apartemennya. Dengan kaki yang masih sakit ia keluar dari
helikopter, orang yang jadi pilot helikopter tersebut sedang makan-makanan
azis. Ia lalu baru sadar kalau tasnya tak ada di helikopter tadi, tapi ia juga
heran tas yang cukup berat itu masih bisa menempel dengannya disaat kondisi
yang buruk kemarin.
Ia
menghampiri orang tersebut yang tampaknya sangat kelaparan, hampir setengah
makanan yang dibawa azis habis. Azis Cuma bisa geleng kepala sambil berharap
makanannya masih ada untuk beberapa hari kedepan.
“terimakasih
sudah menolongku” ucap azis duduk di sebelah orang itu.
“sama-sama,
kamu juga sudah menolongku dengan makanan ini” balas orang itu ramah
“perkenalkan
namaku azis”
“saya
catur”
“jadi
pak catur ini seorang tentara?”
“ah
jangan panggil pak catur, panggil aja kamu atau kau”
“yah
tapi pak catur emang keliatannya udah bapak-bapak yang punya anak”
“sembarangan,
gini-gini saya masih perjaka”
“belum
pernah pacaran?”
Pak
catur mengangguk pelan dan berhenti mengunyah.
“terserah
deh, tapi aku panggil pak catur aja deh, lebih enak kayaknya”
“iya
tak apalah” balas pak catur lemas.
“apa
kau tahu kenapa semuanya seperti ini?” tanya azis setelah hening beberapa saat.
“entahlah,
mereka semua tiba-tiba seperti itu tanpa alasan yang jelas”
“apa
seluruh dunia juga seperti ini?”
“menurut
kabar, di kutub tak terjadi seperti ini, orang-orang yang tinggal didekat sana
tak mengalami kejadian seperti ini, jadi pemerintah hendak memindahkan
penduduknya ke sana dan mensterilkan negaranya dari manusia-manusia gila itu.”
“hm…
nah apa kau tentara atau sejenisnya? “ tanya azis lagi “warga sipil tak mungkin
bisa seenaknya mengendarai helikopter sebesar itu”
Pak
catur diam sebentar baru menjawab “sebenarnya itu punya saya”
“jadi
kau membelinya di pasar gelap?” ucap
azis.
“itu
benar punya saya, saya ini orang kaya loh, saya bukan tentara khus..”azis dengan
cepat menyerang pak catur dengan pisau kecilnya. Pak catur sempat menangkap
tangan azis, kalau tidak mungkin lehernya sudah azis koyak dengan pisau
kecilnya.
“baiklah
saya mengaku” ucap pak catur. “saya memang anggota tentara khusus, sejak
kejadian ini saya di tugaskan untuk memata-matai salah satu pejabat tinggi
amerika yang jadi dalang dari semua ini yang kebetulan ia terjebak di
pengungsian di dermaga itu, tapi sialnya dia sudah tahu kedatanganku dan ia
membuka pagar dan membuat manusia-manusia gila itu masuk dan menyerang para
pengungsi” jelas pak catur lesu karena saat kejadian ia hanya sibuk mengejar
pejabat amerika itu tapi tak dapat karena pejawabt tersebut kabur dengan kapal
selam.
Azis
menarik tangannya, ia lalu memasukkan pisau kecilnya ke sakunya kemudian
menghela napas. Ia memandang jauh kedepan dengan tatapan yang sama lesunya
dengan pak catur.
“hey,
pak catur”
“apa?”
“apa
akan ada yang menolong kita?”
“entahlah,
helikopter itu sudah tak bisa terbang lagi”
“disekitar
gedung ini adalah pusat perbelanjaan, pastinya akan banyak zombie dibawah”
“zombie
katamu?”
“yah,
mereka itu zombie seperti di film-film”
“pantas
saja temanku yang tergigit ikut gila”
“aku
harap ada seorang perempuan cantik seumuran denganku datang menolong kita
menggunakan helikopter dan membawa kita pergi dari tempat terkutuk ini. aku
tahu betul di bawah banyak sekali zombie dan aku tak mau turun kebawah. Golok
yang kupakai sudah tumpul, mungkin sepuluh kepala yang bisa dipotongnya dan
selebihnya golok ini akan melekat dileher mereka dan aku akan di makan mereka”
crocos azis karena kepanasan, maklum saja ini sedang musim kemarau dan pukul
dua belas siang, jadi tak heran kalau ia mengigau seperti itu.
“hey
zis, lihat itu!” pekik pak catur menunjuk sebuah helikopter datang mendekat.
Azis
melirik ke helikopter itu, ia tersenyum.
“kita
berhalusinasi saking panasnya hari ini” ucap azis.
“bodoh,
itu benar-benar helikopter, dan yang menaikainya perempuan seumuranmu yang
cantik”
Azis
langsung berdiri dan berlari ke helikopter itu yang sedang terbang di tepi
gedung. Pak catur ditinggalkannya begitu saja. Dan saat ia dekat dengan
helikopter itu, perempuan yang jadi pilotnya memang cantik dan ia menyuruhnya
dan pak catur untuk cepat naik, tapi baru saja perempuan itu hendak bicara,
pintu masuk ke atap gedung didobrak oleh para zombie yang bergerombol. Pak catur
cepat-cepat berlari menyusul azis. Azis membantu pak catur yang hampir
ditangkap zombie. Dan untung saja masih sempat, keduanya langsung melompat
masuk ke dalam helikopter. Dengan napas lega keduanya memegang dadanya.
Sedangkan azis tak menyangka harapan bodohnya akan terkabul. Tapi untuk saat
ini ia tak memusingkan hal itu, yang penting ia selamat dulu walaupun
perbekalannya tertinggal. Ia melihat dari jendela zombie-zombie bodoh itu
berlari mengejar helikopter dan jatuh dari atap gedung.