Entri Populer

Rabu, 01 Juli 2015

Doomsday - 3 : Help us!



Doomsday: help us! 


Azis mengambil tasnya dan mengisinya dengan makanan dan air serta peralatan-peralatan yang dibutuhkannya seperti tali, pemantik, panci dan lainnya. Setelah dirasa cukup ia keluar dari toko dan mengambil golok yang tergeletak diantara mayat-mayat zombie yang berserakan. Ia melihat kiri kanan sambil berharap ada manusia yang masih selamat.
Saat matanya tak sengaja melihat jalanan, dilihatnya jejak ban mobil yang lumayan besar. Ia tersenyum lalu berjalan sambil mengikuti jejak ban itu. tunggu dulu, terlalu bahaya kalau jalan kaki pikir azis saat sampai dipersimpangan jalan. Ia melihat kesekellingnya, tapi tampaknya tak ada yang bisa dipakai, untung saja ia melihat sebuah sepeda. Cepat-cepat ia naik sepeda itu dan melanjutkan perjalanannya.
Beberapa zombie tampak didepan tikungan jalan, tapi mereka tak melihat kedatangan azis. Jadi ia mengayuh sepedanya lebih cepat dan saat ditikungan ia langsung memutar stang speda ke kanan. Suara ban sepeda berdecit karena terlalu laju. Tapi saat azis melihat apa yang ada didepannya, ia cepat-cepat memutar.
Segerombolan zombie ternyata berkumpul di balik tikungan tadi dan sekarang mereka mengejar azis. Ia melihat ke belakang sambil mengayuh sepedenya dengan cepat. Dan entah mengapa jalanan yang baru saja dilewatinya tadi juga bermunculan zombie-zombie lainnya. Gawat ini, aku bisa mati batin azis mengelak tangan-tangan zombie yang mencoba menangkapnya.
azis membelok ke jalanan besar menuju dermaga, mungkin disana ada tempat pengungsian pikirnya. Sambil terus dikejar segerombolan zombie tadi ia terus mengayuh sepedanya. Saat sampai didermaga yang didapatnya hanya pemandangan mengerikan, disana memang ada tempat pengungsian, tapi tempat pengungsian tesebut sudah diserang zombie, para zombie-zombie yang menyerang memakan manusia lainnya secara brutal, mereka merobek perut dan leher korbannya. Ada juga yang menggerogoti wajah korbannya. Azis tak tahu harus bagaimana, tapi begitu dilihatnya ada satu helikopter yang pilotnya melambai-lambaikan tangan padannya.
Dengan segera ia masuk ke area dermaga yang keadannya kacau balau, dermaganya hampir mirip tempat pembantaian, darah dan isi-isi perut manusia berceceran dimana-mana dan entah bagaimana ada beberapa manusia yang otaknya berceceran kemana-mana. Tapi azis tak peduli dengan itu, ia terus melaju menuju helikopter itu sambil sesekali menebas kepala-kepala zombie yang hendak menangkapnya.
Tapi saat ia hampir saja sampai seorang manusia yang sudah sekarat dengan leher dan punggung koyak sempat menarik kaki azis, ia langsung terjatuh dari sepedanya dan berguling-guling di atas ceceran darah dan isi perut manusia. Ia bangkit lalu terus berjalan walau terseok-seok. Ia tebas leher –leher zombie yang  mendekatinya.  Ia menoleh sekilas kebelakang, segerombolan zombie yang mengejarnya tadi sekarang bergabung dengan zombie-zombie yang ada didermaga dan sekarang mereka semua mengejar azis.
Tinggal sedikit lagi batin azis melihat helikopter yang hanya tinggal beberapa meter saja dari tempat ia berdiri. Ia sudah tak sanggup berjalan karena kakinya terkilir saat ia jatuh dari sepeda tadi, lagi pula tenaganya juga habis untuk melawan dan mengayuh sepeda.
Ia tebas lagi zombie-zombie yang mendekatinya, mereka tak ada habisnya seperti luapan air banjir. Ia toleh lagi kebelakang, gerombolan zombie yang makin ramai itu semakin mendekat, ia mempercepat jalannya.
Dengan segenap tenaga yang tersisa akhirnya ia sampai juga, ia langsung duduk di kursi penumpang dan segera menutup pintunya. Ia menghela napas lega. Dilihatnya pilotnya bukan seorang tentara, tapi orang biasa dengan pakaian rapi. Mungkin ia pekerja kantoran pikir azis lalu tidur tanpa bicara dengan orang tersebut.
Saat bangun azis sudah berada di atas gedung tinggi, ia kenal gedung ini, ini gedung yang ada didekat apartemennya. Dengan kaki yang masih sakit ia keluar dari helikopter, orang yang jadi pilot helikopter tersebut sedang makan-makanan azis. Ia lalu baru sadar kalau tasnya tak ada di helikopter tadi, tapi ia juga heran tas yang cukup berat itu masih bisa menempel dengannya disaat kondisi yang buruk kemarin.
Ia menghampiri orang tersebut yang tampaknya sangat kelaparan, hampir setengah makanan yang dibawa azis habis. Azis Cuma bisa geleng kepala sambil berharap makanannya masih ada untuk beberapa hari kedepan.
“terimakasih sudah menolongku” ucap azis duduk di sebelah orang itu.
“sama-sama, kamu juga sudah menolongku dengan makanan ini” balas orang itu ramah
“perkenalkan namaku azis”
“saya catur”
“jadi pak catur ini seorang tentara?”
“ah jangan panggil pak catur, panggil aja kamu atau kau”
“yah tapi pak catur emang keliatannya udah bapak-bapak yang punya anak”
“sembarangan, gini-gini saya masih perjaka”
“belum pernah pacaran?”
Pak catur mengangguk pelan dan berhenti mengunyah.
“terserah deh, tapi aku panggil pak catur aja deh, lebih enak kayaknya”
“iya tak apalah” balas pak catur lemas.
“apa kau tahu kenapa semuanya seperti ini?” tanya azis setelah hening beberapa saat.
“entahlah, mereka semua tiba-tiba seperti itu tanpa alasan yang jelas”
“apa seluruh dunia juga seperti ini?”
“menurut kabar, di kutub tak terjadi seperti ini, orang-orang yang tinggal didekat sana tak mengalami kejadian seperti ini, jadi pemerintah hendak memindahkan penduduknya ke sana dan mensterilkan negaranya dari manusia-manusia gila itu.”
“hm… nah apa kau tentara atau sejenisnya? “ tanya azis lagi “warga sipil tak mungkin bisa seenaknya mengendarai helikopter sebesar itu”
Pak catur diam sebentar baru menjawab “sebenarnya itu punya saya”
“jadi kau membelinya di pasar gelap?”  ucap azis.
“itu benar punya saya, saya ini orang kaya loh, saya bukan tentara khus..”azis dengan cepat menyerang pak catur dengan pisau kecilnya. Pak catur sempat menangkap tangan azis, kalau tidak mungkin lehernya sudah azis koyak dengan pisau kecilnya.
“baiklah saya mengaku” ucap pak catur. “saya memang anggota tentara khusus, sejak kejadian ini saya di tugaskan untuk memata-matai salah satu pejabat tinggi amerika yang jadi dalang dari semua ini yang kebetulan ia terjebak di pengungsian di dermaga itu, tapi sialnya dia sudah tahu kedatanganku dan ia membuka pagar dan membuat manusia-manusia gila itu masuk dan menyerang para pengungsi” jelas pak catur lesu karena saat kejadian ia hanya sibuk mengejar pejabat amerika itu tapi tak dapat karena pejawabt tersebut kabur dengan kapal selam.
Azis menarik tangannya, ia lalu memasukkan pisau kecilnya ke sakunya kemudian menghela napas. Ia memandang jauh kedepan dengan tatapan yang sama lesunya dengan pak catur.
“hey, pak catur”
“apa?”
“apa akan ada yang menolong kita?”
“entahlah, helikopter itu sudah tak bisa terbang lagi”
“disekitar gedung ini adalah pusat perbelanjaan, pastinya akan banyak zombie dibawah”
“zombie katamu?”
“yah, mereka itu zombie seperti di film-film”
“pantas saja temanku yang tergigit ikut gila”
“aku harap ada seorang perempuan cantik seumuran denganku datang menolong kita menggunakan helikopter dan membawa kita pergi dari tempat terkutuk ini. aku tahu betul di bawah banyak sekali zombie dan aku tak mau turun kebawah. Golok yang kupakai sudah tumpul, mungkin sepuluh kepala yang bisa dipotongnya dan selebihnya golok ini akan melekat dileher mereka dan aku akan di makan mereka” crocos azis karena kepanasan, maklum saja ini sedang musim kemarau dan pukul dua belas siang, jadi tak heran kalau ia mengigau seperti itu.
“hey zis, lihat itu!” pekik pak catur menunjuk sebuah helikopter datang mendekat.
Azis melirik ke helikopter itu, ia tersenyum.
“kita berhalusinasi saking panasnya hari ini” ucap azis.
“bodoh, itu benar-benar helikopter, dan yang menaikainya perempuan seumuranmu yang cantik”
Azis langsung berdiri dan berlari ke helikopter itu yang sedang terbang di tepi gedung. Pak catur ditinggalkannya begitu saja. Dan saat ia dekat dengan helikopter itu, perempuan yang jadi pilotnya memang cantik dan ia menyuruhnya dan pak catur untuk cepat naik, tapi baru saja perempuan itu hendak bicara, pintu masuk ke atap gedung didobrak oleh para zombie yang bergerombol. Pak catur cepat-cepat berlari menyusul azis. Azis membantu pak catur yang hampir ditangkap zombie. Dan untung saja masih sempat, keduanya langsung melompat masuk ke dalam helikopter. Dengan napas lega keduanya memegang dadanya. Sedangkan azis tak menyangka harapan bodohnya akan terkabul. Tapi untuk saat ini ia tak memusingkan hal itu, yang penting ia selamat dulu walaupun perbekalannya tertinggal. Ia melihat dari jendela zombie-zombie bodoh itu berlari mengejar helikopter dan jatuh dari atap gedung.