Entri Populer

Rabu, 01 Juli 2015

Doomsday - 3 : Help us!



Doomsday: help us! 


Azis mengambil tasnya dan mengisinya dengan makanan dan air serta peralatan-peralatan yang dibutuhkannya seperti tali, pemantik, panci dan lainnya. Setelah dirasa cukup ia keluar dari toko dan mengambil golok yang tergeletak diantara mayat-mayat zombie yang berserakan. Ia melihat kiri kanan sambil berharap ada manusia yang masih selamat.
Saat matanya tak sengaja melihat jalanan, dilihatnya jejak ban mobil yang lumayan besar. Ia tersenyum lalu berjalan sambil mengikuti jejak ban itu. tunggu dulu, terlalu bahaya kalau jalan kaki pikir azis saat sampai dipersimpangan jalan. Ia melihat kesekellingnya, tapi tampaknya tak ada yang bisa dipakai, untung saja ia melihat sebuah sepeda. Cepat-cepat ia naik sepeda itu dan melanjutkan perjalanannya.
Beberapa zombie tampak didepan tikungan jalan, tapi mereka tak melihat kedatangan azis. Jadi ia mengayuh sepedanya lebih cepat dan saat ditikungan ia langsung memutar stang speda ke kanan. Suara ban sepeda berdecit karena terlalu laju. Tapi saat azis melihat apa yang ada didepannya, ia cepat-cepat memutar.
Segerombolan zombie ternyata berkumpul di balik tikungan tadi dan sekarang mereka mengejar azis. Ia melihat ke belakang sambil mengayuh sepedenya dengan cepat. Dan entah mengapa jalanan yang baru saja dilewatinya tadi juga bermunculan zombie-zombie lainnya. Gawat ini, aku bisa mati batin azis mengelak tangan-tangan zombie yang mencoba menangkapnya.
azis membelok ke jalanan besar menuju dermaga, mungkin disana ada tempat pengungsian pikirnya. Sambil terus dikejar segerombolan zombie tadi ia terus mengayuh sepedanya. Saat sampai didermaga yang didapatnya hanya pemandangan mengerikan, disana memang ada tempat pengungsian, tapi tempat pengungsian tesebut sudah diserang zombie, para zombie-zombie yang menyerang memakan manusia lainnya secara brutal, mereka merobek perut dan leher korbannya. Ada juga yang menggerogoti wajah korbannya. Azis tak tahu harus bagaimana, tapi begitu dilihatnya ada satu helikopter yang pilotnya melambai-lambaikan tangan padannya.
Dengan segera ia masuk ke area dermaga yang keadannya kacau balau, dermaganya hampir mirip tempat pembantaian, darah dan isi-isi perut manusia berceceran dimana-mana dan entah bagaimana ada beberapa manusia yang otaknya berceceran kemana-mana. Tapi azis tak peduli dengan itu, ia terus melaju menuju helikopter itu sambil sesekali menebas kepala-kepala zombie yang hendak menangkapnya.
Tapi saat ia hampir saja sampai seorang manusia yang sudah sekarat dengan leher dan punggung koyak sempat menarik kaki azis, ia langsung terjatuh dari sepedanya dan berguling-guling di atas ceceran darah dan isi perut manusia. Ia bangkit lalu terus berjalan walau terseok-seok. Ia tebas leher –leher zombie yang  mendekatinya.  Ia menoleh sekilas kebelakang, segerombolan zombie yang mengejarnya tadi sekarang bergabung dengan zombie-zombie yang ada didermaga dan sekarang mereka semua mengejar azis.
Tinggal sedikit lagi batin azis melihat helikopter yang hanya tinggal beberapa meter saja dari tempat ia berdiri. Ia sudah tak sanggup berjalan karena kakinya terkilir saat ia jatuh dari sepeda tadi, lagi pula tenaganya juga habis untuk melawan dan mengayuh sepeda.
Ia tebas lagi zombie-zombie yang mendekatinya, mereka tak ada habisnya seperti luapan air banjir. Ia toleh lagi kebelakang, gerombolan zombie yang makin ramai itu semakin mendekat, ia mempercepat jalannya.
Dengan segenap tenaga yang tersisa akhirnya ia sampai juga, ia langsung duduk di kursi penumpang dan segera menutup pintunya. Ia menghela napas lega. Dilihatnya pilotnya bukan seorang tentara, tapi orang biasa dengan pakaian rapi. Mungkin ia pekerja kantoran pikir azis lalu tidur tanpa bicara dengan orang tersebut.
Saat bangun azis sudah berada di atas gedung tinggi, ia kenal gedung ini, ini gedung yang ada didekat apartemennya. Dengan kaki yang masih sakit ia keluar dari helikopter, orang yang jadi pilot helikopter tersebut sedang makan-makanan azis. Ia lalu baru sadar kalau tasnya tak ada di helikopter tadi, tapi ia juga heran tas yang cukup berat itu masih bisa menempel dengannya disaat kondisi yang buruk kemarin.
Ia menghampiri orang tersebut yang tampaknya sangat kelaparan, hampir setengah makanan yang dibawa azis habis. Azis Cuma bisa geleng kepala sambil berharap makanannya masih ada untuk beberapa hari kedepan.
“terimakasih sudah menolongku” ucap azis duduk di sebelah orang itu.
“sama-sama, kamu juga sudah menolongku dengan makanan ini” balas orang itu ramah
“perkenalkan namaku azis”
“saya catur”
“jadi pak catur ini seorang tentara?”
“ah jangan panggil pak catur, panggil aja kamu atau kau”
“yah tapi pak catur emang keliatannya udah bapak-bapak yang punya anak”
“sembarangan, gini-gini saya masih perjaka”
“belum pernah pacaran?”
Pak catur mengangguk pelan dan berhenti mengunyah.
“terserah deh, tapi aku panggil pak catur aja deh, lebih enak kayaknya”
“iya tak apalah” balas pak catur lemas.
“apa kau tahu kenapa semuanya seperti ini?” tanya azis setelah hening beberapa saat.
“entahlah, mereka semua tiba-tiba seperti itu tanpa alasan yang jelas”
“apa seluruh dunia juga seperti ini?”
“menurut kabar, di kutub tak terjadi seperti ini, orang-orang yang tinggal didekat sana tak mengalami kejadian seperti ini, jadi pemerintah hendak memindahkan penduduknya ke sana dan mensterilkan negaranya dari manusia-manusia gila itu.”
“hm… nah apa kau tentara atau sejenisnya? “ tanya azis lagi “warga sipil tak mungkin bisa seenaknya mengendarai helikopter sebesar itu”
Pak catur diam sebentar baru menjawab “sebenarnya itu punya saya”
“jadi kau membelinya di pasar gelap?”  ucap azis.
“itu benar punya saya, saya ini orang kaya loh, saya bukan tentara khus..”azis dengan cepat menyerang pak catur dengan pisau kecilnya. Pak catur sempat menangkap tangan azis, kalau tidak mungkin lehernya sudah azis koyak dengan pisau kecilnya.
“baiklah saya mengaku” ucap pak catur. “saya memang anggota tentara khusus, sejak kejadian ini saya di tugaskan untuk memata-matai salah satu pejabat tinggi amerika yang jadi dalang dari semua ini yang kebetulan ia terjebak di pengungsian di dermaga itu, tapi sialnya dia sudah tahu kedatanganku dan ia membuka pagar dan membuat manusia-manusia gila itu masuk dan menyerang para pengungsi” jelas pak catur lesu karena saat kejadian ia hanya sibuk mengejar pejabat amerika itu tapi tak dapat karena pejawabt tersebut kabur dengan kapal selam.
Azis menarik tangannya, ia lalu memasukkan pisau kecilnya ke sakunya kemudian menghela napas. Ia memandang jauh kedepan dengan tatapan yang sama lesunya dengan pak catur.
“hey, pak catur”
“apa?”
“apa akan ada yang menolong kita?”
“entahlah, helikopter itu sudah tak bisa terbang lagi”
“disekitar gedung ini adalah pusat perbelanjaan, pastinya akan banyak zombie dibawah”
“zombie katamu?”
“yah, mereka itu zombie seperti di film-film”
“pantas saja temanku yang tergigit ikut gila”
“aku harap ada seorang perempuan cantik seumuran denganku datang menolong kita menggunakan helikopter dan membawa kita pergi dari tempat terkutuk ini. aku tahu betul di bawah banyak sekali zombie dan aku tak mau turun kebawah. Golok yang kupakai sudah tumpul, mungkin sepuluh kepala yang bisa dipotongnya dan selebihnya golok ini akan melekat dileher mereka dan aku akan di makan mereka” crocos azis karena kepanasan, maklum saja ini sedang musim kemarau dan pukul dua belas siang, jadi tak heran kalau ia mengigau seperti itu.
“hey zis, lihat itu!” pekik pak catur menunjuk sebuah helikopter datang mendekat.
Azis melirik ke helikopter itu, ia tersenyum.
“kita berhalusinasi saking panasnya hari ini” ucap azis.
“bodoh, itu benar-benar helikopter, dan yang menaikainya perempuan seumuranmu yang cantik”
Azis langsung berdiri dan berlari ke helikopter itu yang sedang terbang di tepi gedung. Pak catur ditinggalkannya begitu saja. Dan saat ia dekat dengan helikopter itu, perempuan yang jadi pilotnya memang cantik dan ia menyuruhnya dan pak catur untuk cepat naik, tapi baru saja perempuan itu hendak bicara, pintu masuk ke atap gedung didobrak oleh para zombie yang bergerombol. Pak catur cepat-cepat berlari menyusul azis. Azis membantu pak catur yang hampir ditangkap zombie. Dan untung saja masih sempat, keduanya langsung melompat masuk ke dalam helikopter. Dengan napas lega keduanya memegang dadanya. Sedangkan azis tak menyangka harapan bodohnya akan terkabul. Tapi untuk saat ini ia tak memusingkan hal itu, yang penting ia selamat dulu walaupun perbekalannya tertinggal. Ia melihat dari jendela zombie-zombie bodoh itu berlari mengejar helikopter dan jatuh dari atap gedung.

Rabu, 24 Juni 2015

Doomsday - 1 : Survivor

z35W7z4v9z8w

Author  :   Abdul Aziz

Hari mulai gelap, lampu jalan mulai hidup secara otomatis. Azis dan ica mulai berjalan menuju sebuah toko swalayan untuk berlindung, karena tak memungkinkan untuk bergerak saat malam. Saat sampai didepan toko tersebut azis meminta adiknya untuk menunggu diluar sebentar.
“kalau ada zombie yang datang panggil kakak” ucap azis lalu masuk kedalam untuk memeriksa keadaan.
Ia memeriksa seluruh tempat di toko tersebut dengan teliti dan memang benar-benar tak ada zombie, ia lalu menyuruh adiknya masuk, tapi begitu adiknya masuk, ia tak masuk sendirian. Ia bersama dua preman yang sedang menyandera adiknya.
“kalian mau apa?” tanya azis kesal melihat adiknya diseret.
“ini tempat kami, kalian berdua keluar cari tempat lain!” suruh preman yang sedang membekap ica.
“tapi kami duluan disini, kenapa kita berbagi saja” azis mencoba berunding melihat adiknya dalam kondisi yang makin buruk.
“kau pikir makanan disini akan cukup untuk berempat dalam waktu yang lama?” tanya preman satunya yang sekarang mengeluarkan sebuah golok yang berlumuran darah dari tas panjang yang dibawanya.
“kita bisa bekerja sama mencari makanan ditempat lain” balas azis
“tak akan, kau pikir kami akan bekerja sama dengan bocah tengik sepertimu?, hah! Jangan mimpi!” teriak preman yang sedang membekap ica.
Sial! Kenapa mereka sebegitunya ingin diam ditempat ini? bukankah banyak toko lainnya, dasar preman tak tau diri, mereka pasti sudah mengintai tempat ini pikir azis mulai mengeluarkan pisau kecilnya dari saku celananya.
“kalau begitu lepaskan adikku” pinta azis
“dunia sudah seperti ini, kau kira pria besar seperti kami tak butuh hiburan?” balas preman yang sedang memegang  golok tadi.
“kalian pikir bisa seenaknya dengan adikku?” ucap azis dan langsung melemparkan pisau kecilnya ke leher preman yang sedang membekap adiknya dan langsung berlari menarik adikknya.
“beraninya kau!” preman yang memegang golok itu kalap mengejar azis dan ica.
Azis mendorong adiknya ke belakang lalu mengalihkan perhatian preman itu agar tak mengejar adiknya. Preman bodoh itu terus mengayunkan goloknya ke arah azis, azis terus mengelak sampai ia terpojok di sudut ruangan. Tapi ia tak habis akal, saat dilihatnya dikirinya tergeletak obeng ia dengan cepat berdiri dan menusuk perut preman itu dengan obeng berkali-kali sampai preman tersebut tak bergerak lagi.
Setelah membunuh kedua preman tadi, ia menghampiri adiknya yang duduk ketakutan di dekat rak-rak yang penuh makanan ringan. Ia pegang tangan adiknya supaya cepat tenang. Tapi tiba-tiba pintu depan terbuka lebar dan tampak seorang perempuan bersama laki-laki berlumuran darah memegang potongan besi, keduanya seumuran dengan azis.
Azis berdiri sedangkan ica langsung bersembunyi dibalik tubuh kakaknya. Perempuan dan laki-laki itu menghampiri azis sambil terseok-seok. Tampaknya mereka habis dikejar-kejar zombie. Yang perempuan langsung pingsan begitu jalan dua langkah sedangkan laki-laki duduk di dekat rak dan tak bergerak lagi, tampaknya yang laki-laki sudah tidur.
***
Esoknya perempuan dan laki-laki itu memperkenalkan dirinya, yang perempuan bernama bella dan yang laki-laki bernama amirul. Untung saja kedua orang ini baik, ica bahkan cepat akrab dengan keduanya. Azis melihat hal tersebut senang-senang saja, tapi tiba-tiba bella menariknya ke toilet.
“hoy, ada apa?” tanya azis tak terima dirinya diseret ke toilet.
“bukankah kau penulis gila itu?” tanya bella
“penulis apa?”
“kau kan penulis yang ditangkap seorang pembunuh gila selama tiga tahun dan akhirnya bebas setelah kau bunuh dia?”
“apa yang kau bicarakan?”
“jangan mengelak, aku baca artikelmu. Setelah kejadian itu kau menerbitkan buku tentang 1000 cara menyiksa manusia paling sadis yang pernah ada. Sampai-sampai bukumu tak boleh beredar di seluruh dunia”
“hoy..hoy.. kenapa kau ini? apa kau terlalu banyak makan roti selai kacang?”
“jangan berlagak bodoh denganku, dua orang yang mati itu kau yang membunuhnya kan?”
Azis sudah tak bisa mengelak lagi, ia bahkan tak mengerti apa mau perempuan yang ada didepanya ini.
“baiklah aku mengaku, kalau begitu kenapa. Lagi pula kau bilang ayahmu yang jadi editorku. Kenapa kau masih saja bertanya”
“ayahku tak pernah menunjukkan fotomu, aku hanya ingin bertanya satu hal”
“eh?”
“dua hari yang lalu ayahku meninggal dengan leher robek dan matanya keluar. Apa kau yang melakukannya?”
“dasar, baru ketemu sudah menuduh. Jangan kira kalau aku tinggal bersama seorang psikopat aku akan jadi psikopat dan membunuh tanpa alasan jelas. Aku saja baru tahu darimu. Sudahlah, aku harus pergi dari sini” azis keluar dari toilet dengan hati dongkol karena dituduh membunuh editornya sendiri.
Begitu azis keluar dari toilet ia mendengar suara derap langkah  makin mendekat. Cepat-cepat ia mengambil golok dari mayat preman kemarin. Setelah itu ia meminta ica untuk sembunyi.
“ada apa ini?” tanya amirul tak tahu apa-apa
“mereka datang” balas azis siap-siap
Benar saja, tiba-tiba datang segerombolan zombie yang langsung menerjang jendela toko dan mulai menyerang azis dan amirul, dibelakang bella dan ica sibuk mencari tempat persembunyian sambil berharap azis dan amirul bisa mengatasi semua zombie yang datang.
Begitu beberapa zombie yang menerjang jendela itu sedang terseok-seok hendak berlari lagi, azis dengan cepatnya menebas leher mereka, setelah itu ia membuka pintu supaya zombie yang lainnya masuk. Amirul benar-benar tak bergerak dari tempatnya karena dari tadi azis terus yang membunuh zombie yang datang.
Mayat-mayat zombie sudah banyak bertumpuk di depan toko, tapi tampaknya zombie-zombie masih berdatangan. Azis sudah kehabisan tenaga, sedangkan amirul wajahnya pucat karena melihat banyak kepala menggelinding didepannya dan darah yang berceceran kemana-mana. Tangannya gemetar dan lututnya serasa ingin lepas saking takutnya.
Setelah beberapa saat kemudian azis melepas golok dari tangannya, setelah itu ia berjalan melangkahi mayat-mayat zombie yang dibunuhnya, wajahnya pucat pasi setelah membunuh banyak zombie yang berdatangan.
“ada dua lagi yang akan datang, kau urus mereka” ucap azis  lalu pingsan disamping kaki amirul.
Beberapa menit berselang setelah azis pingsan, dua zombie datang, keduanya langsung bernafsu melihat amirul yang sedang berdiri ketakutan, ia masih trauma dikejar-kejar zombie kemarin malam. Tapi melihat azis sudah tak bisa bergerak lagi, amirul tak punya pilihan selain membunuh dua zombie itu. ia tarik napas dalam-dalam dan mulai ambil ancang-ancang karena dua zombie itu sedang berlari menuju amirul. Amirul langsung memukul
Siapa orang ini, ia memenggal kepala mereka tanpa rasa takut batin amirul melihat azis yang belum juga sadar dari pingsannya. Ia lalu berjalan ke mesin pendingin dan mengambil minuman. Setelah itu ia ke bagian belakang untuk mengecek bella dan ica apa mereka baik-baik saja. Untung saja saat ditemukan ditoilet, keduanya sedang asyik main monopoli.
“kakakku kemana?” tanya ica
“dia pingsan didekat pintu”
“bodoh!” bella langsung berlari keluar dari toilet
Saat bella tepat berdiri didekat azis, didepannya berdiri tentara yang sedang berkumpul tepat didepan toko, tanpa bicara sedikitpun para tentara itu langsung meringkus bella dan menggeledah semua tempat termasuk toilet tempat ica dan amirul berada. Keduanya dibawa paksa oleh tentara-tentara. Sedangkan azis dibiarkan begitu saja.
Beberapa jam kemudian azis terbangun dengan kepala kesakitan.  Ia lalu pergi ke rak-rak bagian makanan ringan dan ke mesin pendingin untuk mengambil minuman, setelah itu ia duduk di dekat pintu toilet sambil makan. ia tak sadar kalau amirul, bella dan adikknya diculik. Ia pikir ketiganya masih berada di toilet. Jadi setelah ia selesai makan ia membuka pintu toilet, tapi tak ada siapapun, ia mencari keseluruh penjuru toko, tapi tak ketemu. 

Senin, 22 Juni 2015

My eyes - 1 : confusion

Author  :   Abdul Aziz

Malam telah larut (emangnya apaan larut?). suara-suara binatang malam sudah berhenti sedari tadi. Wangi bau tanah basah mencuat ke udara, masuk ke paru-paru manusia yang terlelap maupun yang masih keluyuran seperti seorang remaja laki-laki yang bertubuh jangkung dengan wajah malas dan jalan yang diseret-seret seperti zombie. Jika ada yang melihat remaja tersebut ditengah malam buta seperti ini pasti deh ngiranya itu dedemit atau zombie. Tapi suer itu manusia biasa, dia baru aja pulang dari nonton bioskop.
Remaja itu berjalan masuk ke daerah kompleknya. Akhir-akhir ini banyak beredar cerita kalau dikompleknya itu sering ada pocong yang mendatangi rumah-rumah warga minta dilepasin tali pocongnya.  Banyak sudah warga-warga yang bercerita dan menyaksikan pocong tersebut.  seperti dua hari yang lalu saat pak gali yang seorang RT di komplek itu didatangi pocong tersebut.
Jadi ceritanya gini, waktu itu pak gali lagi tidur enak-enaknya, apalagi saat itu dia lagi mimpi punya istri baru yang cantik. Tapi tiba-tiba mimpinya rusak karena mendengar suara pintu yang seperti ditabrak-tabrak sesuatu. Cepat-cepat ia keluar sambil memakai sarung. Saat ia membuka pintu ia tak melihat siapa-siapa, tapi begitu ia berbalik pocong itu berdiri tepat didepannya. pocong tersebut minta lepasin tali pocongnya, tapi karena pocongnya gak bilang minta lepasin tali atasnya aja jadi pak gali lepasin semuanya. Alhasil pocongnya telanjang bulat deh. Pak gali pingsan begitu melihat tubuh si pocong. Si pocong kaget, cepat-cepat ia membangunkan pak gali dan minta dipasangin lagi tali pocongnya. Setelah di pasang lagi pocong tersebut pergi dan pak gali lanjut lagi pingsannya.  Ktia gak tahu yah ceritanya itu bener atau enggak, soalnya pak gali kadang bisa bohong jgua, apalagi kalau gak ada yang tahu.
Remaja itu masuk ke dalam rumahnya. Ia hidupkan lampu ruang tamu. Ia kemudian duduk disofa melepas penat. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh di dapur, cepat-cepat ia berlari ke dapur  tapi ia tak menemukan apa-apa. Yang ada hanya perabotan yang digantung seperti panci dan wajan saja yang pindah tempat ke lantai.
“uh ini lagi, kenapa sih” gerutunya kesal sambil mengembalikan wajan dan panci itu ke tempatnya.
***
Esok siangnya ia tidur di ruang kelasnya. Maklum saja, saat ia pulang kemarin ia tak tidur sampai pergi kesekolah karena harus menulis hasil wawancara yang dilakukannya setelah menonton film dibioskop kemarin.
“gawat! Gawat! Gawat!” teriak teman sekelas remaja itu “ada pembunuhan dibelakang sekolah!”
Mendengar hal itu seisi kelas langsung heboh kemudian berhamburan keluar untuk melihat mayatnya. Sedang remaja itu masih terlelap, malah sekarang ilernya keluar sampai membasahi buku matematikanya.
“hey! Zis, bangun ini berita besar untukmu, ada pembunuhan!” teman sekelasnya tadi membangunkan remaja tersebut yang bernama azis.
“iya…” balas azis “jangan pakai saos..”
“eh malah ngigo, bangun!”  temannya mendorong azis hingga jatuh.
Azis terkejut, ia kesakitan karena jatuh ke lantai. Ia bangun melihat temannya berdiri didepannya.
“ada apa sis?”
“ada pembunuhan zis!” temannya  yang bernama fransiska menunjuk keluar.
“ tapi aku ngantuk, biarin aja kan orangnya udah mati”
“eh..eh.. bukan begitu, kamu gak mau ngambil berita sama ngewawancarin saksinya? Ini duit loh buat kamu” fransiska tampak histeris.
“orang mati jangan dimanfaatin buat cari untung, dosa loh. Udah ah aku mau tidur nih. kalo mau lihat yah lihat aja sendirian” azis lalu lanjut lagi tidur.
Fransiska cemberut, dengan geramnya ia mendorong meja yang azis dituri hingga membuat kepala azis langsung terjatuh ke lantai. Azis kaget  ia bangun dengan kepala benjol.
“kira-kira dong kalau mau becanda, benjol nih!”
“tidur sana, sampe mati sekalian!” fransiska lalu keluar dari kelas.
“maunya sih begitu” balas azis sambil membetulkan mejanya.
Pulangnya azis bersama hidayat teman sekelasnya. Sepanjang perjalan hidayat terus nyrocos tentang pembunuhan tadi, sedangkan azis dengan terkantuk-kantuk hanya mengangguk dan berdehem untuk menanggapi pembicaraan hidayat. Saat sampai di halte keduanya duduk menunggu bus datang. Azis langsung tiduran dibangku panjang dengan bantalnya tasnya sendiri. Tapi hidayat terus nyrocos tanpa azis pedulikan.
Hari ini azis tak langsung pulang ,itu kenapa ia ikut hidayat naik bus, hari ini ia harus mengirimkan hasil kerjaannya ke kantor majalah tempat Ia bekerja jadi wartawan freelance.
Saat sampai di kantor majalah, mata azis melihat kearah pohon jambu didepan kantor majalah yang sedang berbuah. Disitu sedang duduk seorang perempuan manis dengan rambut terurai duduk di dahan pohon sambil memakan jambu yang sudah masak-masak. Azis menghampiri perempuan itu.
“lempar satu dong!” teriak azis dari bawah.
Perempuan tersebut terkejut bukan main melihat azis bicara padanya.
“udahlah, entar saya laporin ke satpam loh kalo gak lempar satu”
Tiba-tiba pak satpam melihat azis yang tampak heboh sambil teriak-teriak ke atas pohon jambu.
“hoy! Zis!” teriak pak satpam memanggil azis “ngapain!”
“ini ada maling jambu mang!” pak satpam lansgung keluar dari posnya.
“mana?”
“itu” azis menunjuk perempuan tadi yang masih berada di dahan pohon dengan wajah panik.
“wah ngerjain nih, bilang aja mau minta diambilin jambu. Tinggal di goyang aja zis entar juga rubuh”
“tapi itu cewek ada diatas loh mang, masak gak liat? Jangan pura-pura deh” azis menunjuk perempuan itu yang terdiam seribu kata.
“kamu itu kepanasan, makanya cari pacar biar gak ngayal mulu. Biar saya ambilin deh kasian juga kamu sampe ngayal begini” pak satpam langsung manjat dan memetik beberapa jambu yang masak yang berada tak terlalu tinggi. Perempuan itu naik lebih tinggi lagi karena pa satpam  kini naik agak tinggi lagi, tapi akhirnya satpam itu turun lagi membawa jambu-jambu yang sudah masak.
“tapi dia naik makin ke atas mas, masak mas gak lihat?”
“udah jangan ngayal mulu, nih makan” pak satpam memberi azis beberapa buah jambu lalu mendorong azis.
Azis terpaksa berjalan masuk ke kantor majalah sambil melirik perempuan itu dari sela-sela daun jambu yang rindang. Gak mungkin hantu itu mah, pake baju SMA begitu, pasti tuh anaknya kepala pamred, makanya seenaknya terus udah komplotan sama pak satpam dia pikir azis lalu masuk ke dalam kantor majalah.
Setelah memberikan hasil kerjaannya dan mengambil honornya yang kemarin-kemarin belum dibayar azis keluar lagi. dilihatnya tak ada lagi perempuan tadi. Ia malah melihat seorang nenek-nenek yang sekarang menyebrang dengan santainya ditengah lalu lintas yang ramai. Azis kaget ia cepat-cepat berlari.
“STOP! STOOOP! BERHENTI SEMUANYA….!” Teriak azis histeris sambil tangannya di goyang-goyangkan dengan cepat.
Orang-orang pada ngamuk dan ada juga yang heran, malah ada yang langsung demo gara-gara diberhentiin tiba-tiba sama anak SMA.
“ada apa ini!” teriak salah satu pengendara motor
“ada apa ini? tuh ada nenek-nenek mau nyebrang, mau dicolok yah matanya biar bisa lihat?”
“mana ada!”
“itu, dia udah nyebrang” azis menunjuk nenek-nenek tadi yang  sedang tersenyum padanya.
“gak ada, uh! Orang gila, gak ada apa-apa!” teriak pengendara motor itu lalu menyuruh pengemudi lainnya untuk berjalan lagi.
Pak satpam menghampiri azis.
“ada apa? Kepanasan?”
“tapi itu nenek-neneknya” azis menunjuk nenek-nenek itu yang sekarang berjalan pergi.
“mau dianterin? Biar dianter sama mobil kantor aja”
“yah tolong deh” ucap azis lemas.
Saat sampai dirumah, azis langsung masuk kekamarnya. Ia lalu tiduran di ranjang. Tapi tiba-tiba ia terkejut saat melihat seorang anak kecil sedang sibuk melihat-lihat kertas-kertas yang berserakan dimeja belajar.
“eh? Anak siapa lagi nih yang masuk”
Anak kecil itu memutar kepalanya tanpa membalik tubuhnya. Membuat azis terperanjat, cepat-cepat ia lempar anak kecil itu dengan jam weker.
“penghuninya galak, pindah ah” ucap anak kecil itu pergi dari kamar azis dengan menembus dinding.
“hee?”
 


Seperti biasanya Adit bergegas menuju ke sekolahnya.
Pengennya sih jadi murid teladan,apa daya lah dia cuman bisa jadi murid telatan.
Dari 7 hari itu dia telat pasti 4 hari.
Tapi pernah sih dia seminggu nggak telat,itupun karna masuk siang.
--------------
"Sial,5 menit lagi" Adit berlari sambil melihat jam nya
setelah masuk gerbang sekolah,Adit pun semakin menambah kecepatannya kaya jet tempur setelah hampir sampai di kelas.
*bruukkk* Adit menabarak sesuatu,eh ternyata yang dia tabrak guru mapel pertamanya.
"Eh,maaf pak nggak sengaja"
"Kalau lari itu liat-liat,asal tabrak aja"
"Lagian bapak ngapain di pintu,menuhin jalan aja"

Guru yang ia tabrak ini emang ukurannya jumbo,XXXL kali.

"Iya nungguin kamu itu,tiap hari kok telat terus" Gurunya semakin marah karna dibilang menuhin jalan.
"Maaf pak,angkotnya itu tuh lama"
"Alasan lagi,udah nggak usah ikut pelajaran bapak,lari keliling lapangan!"
"Tas sama gimana pak ?"
"Kamu lihat wajah saya ini ?" tanya gurunya sambil mengacungkan jari ke wajahnya.
Adit mengangguk.
"Apa wajah saya ini terlihat perduli ? Urus saja sendiri !"
---------
Jadilah Adit lari keliling lapangan.
Peluhnya membasahi bajunya,merah dan hitam mewarnai wajahnya *Cielahh

Waktu yang dinanti-nanti Aditpun tiba,bel tanda pergantian jam telah berbunyi,Adit pun bergegas ke kelasnya.
Bukan apa-apa,cuman kalau dia telat masuk lagi dia bakal lari lagi ampe istirahat.
Adit berlari dengan kakinya,bagaikan pesawat tempur melewati tong sampah di pinggirnya hingga dia melihat guru piket jam kedua kakinya serasa melayang berlari ingin menyalip guru piketnya.
Sampailah Adit sebelum guru piketnya datang,sebelum masuk dia mah persiapin diri dulu,biar keliatan Cool gituh.

"Alhamdulillah masih sempet" batin Adit lalu segera duduk di kursi paling belakang.
Ia tak menghiraukan teman-temannya menatapnya risih karna dirinya basah kuyup kaya kehujanan kaya habis mandi.
Waktu demi waktu belajar ia lewati,bel istirahat yang ia nanti nanti,hingga bel tiba siswa pun berhamburan menuju tujuanya masing-masing dan tentunya Aditpun pergi ke kantin bersama kedua sohib tercintanya *cielah.
-------------------
"Dapet berapa putaran larinya?" tanya Yudi sambil menyantap nasi goreng didepannya.
"Apa mesti gue jawab ?" jawab Adit
"Ya enggak sih,capek nggak ?"
"Engga,malah seger badan gue !"
"Ya udah sana pesen Es Jeruk,minum dulu biar capeknya hilang"
"Serius lu mau bayarin ?"
"Ya enggak,gua kan cuman nawarin doang,lah yang pesen elu kok yang harus bayar gua"
"Sialan lu,udah 2 tahun bareng masih aja pelit,Iqbal mana ? Perasan tadi disini"
"Dia balik kekelas,katanya mau PDKT sama anak kelas sebelah,kalau nggak salah namanya Louren"
"Yang mana ?"
"Itu loh yang agak gendut sama rada kekanak-kanakan"
"Bentar lagi dia bakal nggak jomblo lagi dong kaya kita"
"Kita ?" tanya Yudi
"Iya kita,lu sama gua"
"Maaf ya,gua udah punya kali"
"Lah,sejak kapan lu punya pacar ? Perasaan lu jomblo abadi"
"Lu aja kali"
Keduanya lalu diam tanpa sepatah kata apapun mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Eh,murid pindahannya mana? Tadi di kelas ane liat masih muka-muka suram doang" Tanya Adit memulai pembicaraan.
"Dia pindahnya di kelas sebelah go*blok,makanya berangkat itu pagi,liat keadaan"
"Ya kan nggak tau,santai aja kali. Cantik nggak ?"
"Cantik apanya,orang laki-laki lu bilang cantik!"

keduanya lalu diam ketika mendengar bel masuk telah berbunyi,mereka segera masuk kekelas,lalu menunggu bel pulang pun berbunyi.
Ketika pulang,Adit seakan terhipnotis ketika melihat seorang perempuan cantik lewat didepannya.
Hingga ia tak sadar jikalau ada motor lewat didepannya.
Bukan motor yang nabrak,tapi inimah Adit yang nabrak motor.
Jadilah Adit dimarahin lagi untuk kesekian kalinya.

Jumat, 19 Juni 2015

Cerbung : A Life Of Love

 
Jam kelas telah menunjuk jam 06.55 dan waktunya telah tiba untuk kelas memulai pelajaran hari ini.
Para siswa mulai berdatangan memasuki kelas dengan tergesa-gesa,bukan karna bel sudah berbunyi tapi karna hari ini pelajaran pertama adalah pelajaran guru killer,kalau mereka terlambat 1 detik saja bisa-bisa di ceramahin 1jam,belum ditambah hukuman nggak boleh ikut pelajaran sampai istirahat.

***

Guru killer masuk,pelajaran dimulai.
Pak Guru mulai menerangkan pelajaran yang sangat sulit bagi seorang Adit mengerti,belum lagi karena semalam Adit begadang menonton film faforitnya,Aditpun jadi ngantuk stadium 5.
Dan bisa ditebak diapun ketiduran.
***
"brakk" suara keras meja membangunkan Adit
"Orange artinya apel pak !" adit menjawab kaget.
Dan bisa ditebak,Aditpun jadi bahan tertawaan satu kelas.
"Kamu ini selalu saja tidur !" kata gurunya
"Maaf pak,saya ketiduran" jawab Adit
"oh,silahkan tidur lagi" kata gurunya dengan lembut
"Serius pak ?"
"Ya enggak lah,sekarang kamu lari muter lapangan sampai istirahat biar melek tuh mata !"

***

Tiitt...tiitt...tiittt bel istirahat pun berbunyi
Adit segera menuju kantin untuk membeli minuman,tenggorokanya serasa kering setelah lari begitu lamanya.
"Haus dit ?" sapa Iqbal
"Makanya kalau malem itu tidur,kebanyakan nonton V*keb sih lu" Yudi melanjutkan.
"Ah kebanyakan omonglu,temen macam apa lu ! Beli'in gua minuman kek"
"Sorry dit,tapi uang gua udah habis"
"Maafin gua juga dit,ini tinggal buat naik angkot entar" Yudi menimpali Iqbal
"Ah,sialan lu ! Temen banget lu,1000 aja pelit amat"
"Hehehe" Yudi dan Iqbal tertawa bersamaan
Ya mereka ini emang udah sahabatan lama,walaupun baru 2 tahun kita anggep aja udah lamaa banget.
Mereka sih awalnya kenalan waktu MOS,eh bukan apa mereka ini 3 kali juga satu kelas.
Emang kalau takdir mau gimana lagi.

***

"Gimana pelajaran bahasa inggrisnya ? Ngerti ?" Tanya Iqbal
"Ngerti nthasmu,orang disuruh lari ampe istirahat lu bilang ngerti !?"
"salah lu juga sih,udah tau gurunya killer main tidur aja" Yudi menimpali
"Gua ketiduran coeg,semalem nonton The Plash film kesukaan gua"
"Mbak,nasi gorengnya satu piring" suara iqbal tiba-tiba memesan sama mbak kantin.

Ya walaupun bisa dibilang bukan mbak lagi sih,cuman karna penjaga kantin nya suka dipanggil mbak gitu,jadi kalau kita manggil dia pake sebutan "Mbak" porsi makan kita bisa lebih banyak. Ajaib kan ?

"Katanya udah nggak punya uang lu,lah itu mesen nasi goreng!"
"hehe,piss bro"
"Udah-udah nggak usah berantem,katanya ada murid baru di kelas kita" Yudi menyela
"Laki apa cewe ?" tanya iqbal
"Cewe,katanya sih cakep"
"Serius !!??" tanya iqbal ampe-ampe nasi yang udah masuk ke mulutnya nyembur ke muka Adit.
Adit sekuat hatinya menahan rasa amarah yang seakan-akan sudah seperti gunung berapi berstatus Darurat letusan level 5 itu.
"duh-duh-duh,kelamaan jones sih lu,denger kata cantik aja langsung kaget"
"Emang elu enggak jones?" Tanya Adit
"Eh iya,gua lupa,hehe"
"Kira-Kira anak baru itu kek gimana ya ?" tanya iqbal
"Gua sih mikirnya kaya Raisa,ntar aja dah kita liat" Adit berpendapat
keduanya lalu mengangguk paham lalu melanjutkan pembicaraan hingga bel masuk pun berbunyi.

Cerbung : Doomsday


Author : Abdul Aziz


Doomsday: start!


Liburan akhir smester akhirnya datang juga, azis dan adiknya yang bernama ica menghela napas lega, karena sudah tak dipusingkan dengan pelajaran dan ulangan yang bertele-tele. Keduanya tinggal disebuah apartemen besar, apartemen itu dibeli azis setelah rumah mereka terbakar beserta kedua orang tua mereka. Untung saja tabungan kedua orang tuanya banyak, jadi ia membeli sebuah apartemen dan menjual tanah dari rumah lama mereka.
Hari ini mereka sedang berjalan-jalan di taman di belakang apartemen. Ica tak berhenti mengoceh tentang teman-temannya di sekolah disepanjang jalan. Azis hanya mengangguk dan berkata  “iya”. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat seorang pria tua sedang duduk di tepi kolam sambil menyedot air kolam dengan sedotan.
“wah! Lihat kak!” ica menunjuk pria tua itu “aneh yah kak”
“mungkin dia kehausan, sebentar yah kakak beliin dia minum dulu”
“jangan sok tahu kak, mungkin aja dia emang hobi minum air kolam” ica menarik baju azis.
“itu tak mungkin” azis melepaskan tangan ica dari bajunya dan pergi membeli minuman.
Saat azis kembali, ica sudah akrab dengan pria tua itu. pria itu sudah berhenti minum air kolam tersebut. Azis menghela napas lega lalu memperkenalkan dirinya kepada pria tua itu dan memberinya minuman. Setelah itu ketiganya duduk di bangku taman sambil berbincang-bincang.
“anu, maaf nih kek, kenapa minum air kolam?” tanya azis setelah ngobrol banyak.
“tadi ica tanya kakek gak jawab lo kak, jadi percuma aja ditanyain lagi” celetuk ica membuka minuman kalengnya.
Pria tua itu tertawa pelan “kalian bosan hidup seperti ini?” tanya pria tua itu. azis dan ica saling pandang.
“bosan, disini gak ada apa-apa” jawab ica spontan.
“iya juga sih, aku sih ngarepnya bisa hidup didunia dimana hampir seluruh penduduk bumi jadi zombie”
“ah! Kakak terpengaruh film yang tadi kan?”
“iya, rencananya sih kakak mau nulis novel tentang zombie, gimana menurut kamu ca?”
“nanti pembaca kakak kabur lagi”
“enggak mungkin lah”
“kalau kalian ingin dunia seperti itu, maka akan kukabulkan” ucap pria tua itu menyela pembicara dua beradik itu.
“heh?” keduanya kaget menatap pria tua itu.
“kakek mau ngapain?” tanya ica melihat pria tua itu berdiri dari duduknya.
“kakek mau pulang”
Azis hendak menahan pria tua itu, tapi begitu ia memegang pundak pria tua itu, ia merasa ada yang aneh. pria tua itu lalu bicara tanpa menoleh kebelakang. “jaga adikmu, dunia yang kau inginkan sudah dimulai. Lihatlah ke jalanan” azis menarik tangannya lalu melihat ke arah jalan.
Ia begitu terkejut saat melihat jalanan begitu kacau, mobil-mobil saling tabrakan dan banyak orang-orang berwajah pucat dengan mulut berdarah-darah menggigit orang-orang yang tampak sehat. Ia benar-benar terkejut, apalagi saat ia mendengar adiknya berteriak. Begitu dilihatnya adiknya sedang dikejar oleh seorang pria gendut yang mulutnya sudah tak utuh lagi.
Kalau ini sungguh seperti di film, berarti mereka ini zombie. Itu artinya aku harus menyerang kepalanya supaya mereka mati pikir azis mengeluarkan pisau kecil yang selalu ia bawa untuk menajamkan pensilnya.
Ica berlari dan bersembunyi dibalik kakaknya sambil gemetaran. Azis sudah siap menusuk kepala sigendut itu. zombie gendut itu berlari ke arahnya dan sekali tusuk, zombie gendut itu tak bergerak lagi. ia tarik pisaunya dari kepala zombie gendut itu lalu menarik adikknya menuju apartemen. Sambil menusuk kepala zombie-zombie yang menghalangi jalannya dan membunuh zombie yang mengganggu adikknya ia terus berlari smabil terus memegang tangan adikknya.
Akhirnya mereka sampai, walaupun sudah terlalu lemas untuk bergerak lagi, azis mengintip kiri kanan untuk memastikan tak ada zombie yang ikut. Setelah dirasa cukup aman, ia menutup pintu dan menguncinya dengan rapat. Ia hampiri adiknya yang menggigil ketakutan.
“tenang saja, kakak ada disini kok” ucap azis mengelus kepala adikknya.
“tapi ica takut kak, tadi itu mirip di film” balas ica ketakutan.
“kakak bisa atasin mereka, jangan kuatir. Kita harus mengungsi dulu”
“enggak!”
“tapi..”
“enggak!, ica tak mau keluar, ica takut. Ini gara-gara kakak. Kenapa kakak mau dunia yang seperti ini! kakak sudah gila yah!. Ica benci kakak!” ica benar-benar berteriak didepan kakaknya itu dan langsung berlari masuk kekamarnya.
Azis tak tahu harus melakukan apa. Ia Cuma diam duduk di dekat jendela sambil berharap keadaan cepat membaik.
“tak akan” pria tua tadi tiba-tiba  berdiri di belakang azis.
“kau!” azis menoleh kebelakang.
“pernah dengar gosip tentang dajjal?”
“apa yang kau lakukan?”
“di salah satu agama, dajjal akan muncul bersamaan dengan dekatnya hari kiamat.”
“hoy jawab aku!, apa yang kau lakukan?”
“tak ada, aku hanya membuat harapan seorang bocah tolol terkabul”
“kembalikan semuanya seperti semula, kakek sialan!”
Pria tua itu diam sejenak lalu mendehem “tak bisa, ini kiamat. Kau tak bisa menghentikan kiamat. Terimalah, bahwa dunia yang kau sia-siakan sudah beruba jadi neraka. Jika kuperjelas tentang permohonanmu tadi itu seperti ini ‘aku ingin bumi ini jadi neraka tempat aku bisa membunuh manusia tanpa dihukum siapapun’ bukankah begitu?” pria itu lalu berjalan menembus tembok dan tak muncul-muncul lagi.
azis hanya bisa diam meratapi kehidupannya akan sangat mencekam mulai saat ini. tapi ia cepat-cepat membuang rasa pasrah dihatinya untuk tetap diam di apartemen bersama adikknya. Maka dari itu ia mengambil tasnya dan memasukkan beberapa potong baju dan celana, setelah itu ia memasukkan roti dari dalam kulkas dan makanan lainnya.
Setelah itu ia mengetuk kamar adikknya. Tapi toh ica sedang marah besar, jadi ia tak peduli dengan kakaknya yang terus membujuknya dari balik pintu untuk keluar.
“begini saja” ucap azis setelah hampir setengah jam membujuk adikknya “kakak akan ngelakuin apapun kalau ica mau keluar dari sini dan ngungsi ke tempat yang lebih aman”
“apa aja?” tanya ica dari dalam mulai tertarik.
“apa saja, ica juga boleh makan keju batangan sendirian” tambah azis mengeluarkan keju dari tasnya.
Ica keluar dari kamarnya, dilihatnya kakaknya sedang duduk di depan pintu sambil memegang keju batangan. Ia mengambil keju itu dan mulai menggigitnya. Setelah itu azis menarik adikknya keluar dari apartemen, dengan bersenjata pisau dapur. Azis turun ke jalanan yang sekarang sudah benar-benar sepi. Tak ada siapapun di jalanan.
Azis melihat ke langit, banyak helikopter terbang diatasnya. Tapi begitu ia melambaikan tangannya ke atas. Ia melihat ada yang tak beres dengan helikopter itu, dengan cepat ia menarik adikknya dan berlindung di balik mobil yang sudah hangus terbakar didekatnya. Dan saat keduanya sudah berlindung, helikopter tersebut menembak mereka dangan brutal. Ica sampai menangis dibuatnya saking takutnya karena suara tembakannya memekakan telinga.
“kak!” ica mencengkram tangan kakaknya kuat-kuat.  Azis tak tahu harus berbuat apa, tapi untung saja helikopter itu berhenti menembak dan pergi meninggalkan keduanya. Azis menarik napas lega sambil mengelus kepala adikknya yang gemetar ketakutan.
“mulai hari ini hidup jadi lebih susah dari sebelumnya” ucap azis tetap mengelus-ngelus kepala adikknya.
“ica mau semuanya kembali”
Azis Cuma bisa menghela napas sambil menyesali kebodohannya. Tak kusangka, dunia berubah drastis hanya dalam beberapa saat batin azis saat melihat ponselnya tak bisa menangkap sinyal.